
Tim suporter Rizal dari Balikpapan.
Catatan Rizal Effendi
Dua hari menjelang Iduladha, saya diajak Direktur Eksekutif Universitas Mulia (UM) Balikpapan, Dr. Agung Sakti Pribadi, ke Jakarta. Tujuannya adalah menghadiri International Industrial Week (IIW) 2025 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, selama tiga hari (4–7 Juni).
IIW 2025 merupakan pameran industri berskala internasional dari Tiongkok, menampilkan 14 kategori industri, mulai dari logistik dan peralatan material handling, mesin pengemasan dan percetakan, mesin perkakas, pengolahan logam, hingga industri makanan dan camilan.
Dr. Agung turut membawa Rektor UM, Prof. Dr. Ir. M. Ahsin Rifa’i, Wakil Rektor II Yusuf Wibisono, SE, MTI, serta beberapa staf lainnya. “Kampus tidak boleh ketinggalan mengikuti perkembangan industri, apalagi ini dari China yang sangat pesat pertumbuhannya,” ujarnya.
Awalnya saya agak enggan berangkat, tetapi belakangan justru bersemangat. Alasannya dua: saya rindu salat di Masjid Istiqlal dan pada Kamis malam (5/6) akan digelar laga penting antara Timnas Indonesia melawan China dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia Grup C di Stadion Gelora Bung Karno (GBK).
Saya membawa jersey Timnas merah dengan nama saya sendiri, “Rizal Effendi”, dan nomor punggung 7 angka favorit saya sejak Ronaldo memakainya di Manchester United. Kebetulan, penyanyi Shana Shannon yang membawakan lagu “Tanah Airku” usai laga Timnas vs China juga mengenakan nomor yang sama.
Tiket masuk ke GBK ternyata tidak mudah didapat. Tidak ada lagi calo yang berkeliaran. Semua tiket dibeli secara daring melalui akun Garuda ID. Sayangnya, tiket sudah lebih dulu sold out. Harga tiket pun bervariasi: mulai dari Rp300 ribu, Rp600 ribu, Rp1,25 juta hingga Rp1,75 juta.
Jumlah tiket pertandingan ini lebih sedikit dibanding laga sebelumnya melawan Bahrain. Hal ini merupakan buntut dari sanksi FIFA akibat suporter Indonesia dianggap menyuarakan ujaran kebencian (xenophobia) terhadap tim Bahrain. Meski begitu, jumlah penonton mencapai hampir 70 ribu orang—termasuk saya dan beberapa suporter dari Balikpapan.
Syukurlah, saya akhirnya mendapatkan satu tiket, berkat bantuan staf saya yang juga bernama Rizal. Ia menonton bersama teman-temannya. Sayangnya, Pak Agung Sakti dan kawan-kawan lainnya gagal mendapatkan tiket meski sudah membeli kaus Timnas di sekitar GBK. “Ya, terpaksa kita nobar di hotel saja,” katanya, kecewa.
Di kampus Universitas Mulia Balikpapan, Pak Agung juga menggelar nonton bareng. Ratusan mahasiswa dan warga berkumpul di hall Cheng Ho. Meski nama ruangan itu bernuansa sejarah Tiongkok, namun semangat nasionalisme tak diragukan: semua mendukung Timnas. Ada pula doorprize yang dibagikan.
Berkat kehadiran langsung Presiden Prabowo, Timnas berhasil menang 1–0 melalui gol penalti Ole Romeny. “Dua kali Pak Prabowo menonton langsung, dua kali kita menang. Beliau membawa hoki,” ujar Ketua PSSI Erick Thohir penuh semangat. Uniknya, setiap kali Jokowi hadir, Timnas justru selalu kalah.
Kemenangan ini membuat Indonesia lolos ke babak keempat dan mendongkrak posisi FIFA sebanyak 15,05 poin. Kini, Timnas berada di peringkat 117 dunia. Satu laga tersisa adalah melawan Jepang pada 10 Juni di Stadion Panasonic Suita, Osaka. Meski tidak memengaruhi kelolosan, Presiden tetap meminta Timnas tampil maksimal.
“Tidak boleh santai, itu bukan ciri khas bangsa yang dididik oleh Bapak Presiden,” kata Erick usai membawa Timnas menghadiri jamuan makan siang bersama Presiden Prabowo pada Jumat (6/6). Pulangnya, para pemain membawa oleh-oleh berupa jam tangan mewah bermerek Rolex.
Siapa calon lawan Indonesia di babak keempat? Diperkirakan kita masuk Grup A bersama Iran, Uzbekistan, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Lawan tangguh semua. Namun Presiden Prabowo optimistis: “Insyaallah kita sampai ke Piala Dunia.”
Takbir Menggema di GBK
Karena pertandingan berlangsung malam Iduladha, suasana GBK menjadi istimewa. Selain lagu kebangsaan dan nyanyian semangat, gema takbir berkumandang, “Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar wa lillahil hamdu.”
Sebelum berangkat ke Jepang, Sekjen PSSI Yunus Yusi bersama Rizky Ridho dan Reza Arya menyerahkan sapi kurban seberat 700 kg kepada pengurus Masjid Al-Bina di kawasan GBK. “Anak-anak Timnas memang sudah berniat berkurban sebelum laga lawan China,” ujar Yunus yang juga pernah menjadi pengurus PSSI di Kaltim.
Saya bersyukur bisa salat Subuh di Masjid Istiqlal. Sayangnya, tidak sempat salat Id karena pesawat saya ke Balikpapan lepas landas pukul 08.00 pagi. Tapi kebahagiaan tetap terasa karena bisa salat di masjid negara yang didirikan Bung Karno bersamaan dengan pembangunan GBK.
Jumlah jamaah salat Id di Istiqlal kali ini bahkan melampaui penonton di GBK, mencapai 100 hingga 150 ribu orang. Kapasitas masjid itu sendiri mencapai 250 ribu jamaah, menjadikannya masjid terbesar di Asia Tenggara.
Presiden Prabowo turut hadir salat Iduladha di Istiqlal bersama sejumlah pejabat tinggi negara. Imam salat adalah Muzzakir Abdurrahman, hafiz nasional, dan khatib adalah Rektor UIN Raden Intan Lampung, Wan Jamaluddin Z.
Sebelumnya, Prabowo dan Wakil Presiden Gibran menyerahkan sapi kurban ke Istiqlal. Sapi Prabowo bernama Brawijaya dengan bobot 1,25 ton, sementara milik Gibran bernama Jack seberat 1,1 ton. Kedua sapi itu akan disembelih dan dimasak bersama untuk disantap oleh 2.000 anak yatim pada hari Minggu.
Tahun ini, Presiden mengirim 985 ekor sapi kurban ke seluruh Indonesia. Setiap kabupaten dan kota mendapat satu ekor. “Bobotnya ada yang sampai 1 ton,” kata Wakil Mensesneg Juri Ardianto.
Kalimantan Timur mendapat 13 ekor. Untuk Balikpapan, sapi Presiden diserahkan ke Masjid Al-Ula di Kampung Baru. Namanya Madu Koro, berbobot sekitar 830 kg, dibeli dari peternak di Sulawesi. Di Samarinda, sapi Presiden bernama Adul, berat 1 ton, diserahkan ke Masjid Ar-Rasyidin. Sapi ini dibeli seharga Rp105 juta dari peternak bernama Prayitno di Jl Sekolahan, RT 6, Kelurahan Makroman.
Saat salat di Istiqlal, saya mengenakan gamis baru pemberian seorang teman, lengkap dengan kopiah haji putih. Itu pertama kalinya saya memakai baju bergaya Arab. Semoga membawa keberkahan hingga ke pintu surga. Allahu Akbar! (*)