Kutai Kartanegara, AksaraMedia.com — Suasana meriah memenuhi Kampong Seni Ladaya, Jalan H. Bachrin Seman, RT 12, Mangkurawang, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Selasa sore (26/8/2025). Ratusan pengunjung tampak antusias menikmati kemeriahan “Jajak Merian” Lanjong Art Festival 2025, yang memasuki hari kelima dari rangkaian festival enam hari penuh warna.
Festival dua tahunan ini kembali digelar setelah vakum sejak 2017. Tahun ini berlangsung pada 22–28 Agustus 2025, dengan menghadirkan sajian seni pertunjukan, kuliner khas Kutai, hingga musik lintas daerah dan negara.
Salah satu daya tarik utama adalah “Jajak Merian”, sebuah agenda yang menghadirkan sekitar 25 jenis makanan tradisional khas Kutai. Beberapa di antaranya ialah kue cincin, roti balok, kue temu kunci, elat sapi, hingga kue bongko. Kuliner tersebut tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menghadirkan nostalgia budaya.
Bagi generasi muda, kesempatan ini menjadi pengalaman baru untuk mengenal cita rasa asli warisan lokal. “Rasanya unik dan berbeda dengan jajanan modern. Saya jadi tahu ternyata banyak kue khas Kutai yang hampir jarang ditemui,” ujar salah satu pengunjung.
Selain kuliner, panggung musik menjadi pusat perhatian. Beragam band lokal maupun dari luar daerah tampil silih berganti. Beberapa penonton bahkan ikut menari bersama, menambah keakraban dan keceriaan malam itu.
Dewan Pembina Yayasan Lanjong Tenggarong, Dedi Nala Arung, menegaskan pentingnya festival ini sebagai momentum kebangkitan seni setelah jeda panjang.
“Festival ini terakhir dilaksanakan 2017, kemudian vakum karena berbagai kendala, termasuk pandemi Covid-19. Tahun ini kita rayakan betul, dengan harapan bisa terus berlanjut. Dukungan pemerintah luar biasa, semoga jadi jembatan antara,” katanya.
Festival kali ini semakin istimewa dengan kedatangan seniman dari 6–7 negara, seperti Taiwan, Brasil, Malaysia, Portugal, Spanyol, dan Singapura. Menariknya, para tamu internasional tersebut hadir dengan biaya sendiri, sebuah bukti antusiasme tinggi terhadap kegiatan budaya di Tenggarong.
Agenda festival mencakup teater, tari, pantomim, hingga pertunjukan musik. Dedi berharap acara ke depan tidak hanya berpusat di Tenggarong, melainkan juga merambah pesisir dan hulu Kukar sebagai sarana promosi wisata daerah.
Kemeriahan bertambah dengan kehadiran istri Bupati Kukar, Andi Deezca Pravidhia Aulia. Ia mengaku terkesan dengan atmosfer penuh kehangatan dan persahabatan yang ditawarkan festival.
“Ini pertama kali saya hadir di acara seperti ini, seru sekali. Banyak teman dari luar negeri, tadi ketemu yang dari Jepang dan Malaysia. Saya juga baru tahu ternyata banyak sekali kue khas Kutai. Ada kue getas juga, itu makanan favorit saya,” ungkap Deezca sambil tersenyum.
Dalam kesempatan itu, ia juga mencicipi racikan kopi lokal dari Bairaha Coffee yang membuka booth di area festival. Deezca berharap kegiatan semacam ini bisa digelar rutin di berbagai lokasi lain di Kukar, seperti Pulau Kumala.
Kembalinya Lanjong Art Festival setelah delapan tahun absen menjadi tonggak penting bagi dunia seni dan budaya di Kukar. Perpaduan seni, kuliner, dan persahabatan lintas negara membuat festival ini bukan sekadar hiburan, melainkan simbol kebangkitan denyut seni di daerah.
Wartawan : Kusma
Editor : leeya
